Wednesday, October 19, 2011

kehilangan simpati,


bukan maksud simpati kartu perdana yang telponnya katanya murah, tapi ini tentang simpati saya terhadap orang di sekitar saya yang kurang sehat.
okay, bukan maksud saya orang yang sakit saya diemin aja gitu, nggak lah ya, tapi orang-orang yang dengan berbagai macam tipe dimasukkan ke dalam golongan sakit dan patut menjadi sumber penarik simpati orang sekolah, tapi bagi saya sifat sifat merekalah yang membuat saya kehilangan simpati terhadap mereka.
yang pertama,
saya punya teman, saya belum pernah mengenal dia sebelumnya ketika kelas X karena notabene ia kakak kelas saya yang tahun ini tetap tinggal di kelas XI dengan suatu alasan yang membuat saya sedikit bersimpatik padanya. Ia sering tidak masuk, teman-teman mungkin semua sudah tahu kalau ia sakit, tapi ia terlalu sering tidak masuk dan tidak pernah ada surat yang datang kepada sekertaris ketika ia tidak masuk seperti halnya anak-anak yang lain, sehingga para guru memberikan kepadanya salah pengertian, mereka kira ia murid yang bandel yang hobi bolos sekolah, walau ada juga guru yang khawatir dengannya dan mengajaknya berkonsultasi. saya tidak tahu jelas apa alasannya. setiap di sekolah ia selalu sendirian, walau pada akhirnya teman-teman sekelas juga lumayan mulai mengajaknya bicara sebagai teman, saya kira ia bisa lebih membuka diri, saya sendiri tidak suka melihat ada anak sendirian yang awkward di kelas, sementara yang lainnya cuek bebek saja terhadapnya.
sampai suatu hari saya meng-add facebooknya, mungkin memang dia anaknya sebenarnya hanyalah biasa, teman-teman juga mulai berteman dengannya dan mengajaknya ngobrol lewat facebook. tapi mereka mulai heran ketika wall atau komentar yang mereka buat di profilnya pasti segera ia hapus, jejak-jejak komentar dan wall kami jadi tidak tahu kemana. pertamanya kami pikir, ahh, biasa saja. namun lama kelamaan, sepertinya rasa simpati ini menghilang dan terganti menjadi, 'apa apaan sih orang ini?'
saya lihat di profilenya ia telah pacaran dengan seorang cewek. mungkin itu hal biasa. yang tidak biasa adalah, waktu ia mengupdate yang sedikit tidak wajar. dari pengalaman yang saya alami, saya selalu melihatnya online malam hari, sampai sangat larut bahkan, bahkan ketika saya baru bangun dan akan bersiap berangkat, ia dengan enaknya mengupdate status. pas kami pelajaran dan ia tidak masuk, ia malah asyik ber-wall-to-wall atau berkomentar dengan pacarnya. saya bilang, 'waw?' kalau memang sakit, kalau memang tidak masuk, setidaknya tidak usahlah bermain facebook sambil ngobrol sana-sini dengan tidak pentingnya. apakah ia lupa hari ini sekolah? kalau misalnya ia memang nocturnal seperti yang diceritakan, mengapa ia tidak menggunakan waktunya untuk istirahat saja, sementara ia menyianyiakan waktu sekolah dengan enaknya? tentu saja kesan respek saya dan teman-teman terhadapnya makin lama makin berkurang dan berganti menjadi, 'ah, mau masuk ga masuk juga.. ternyata malah facebookan ama pacarnya,'
Miris? yep, kita lagi susah susah UTS, ribut belajar malem-malem, sementara ia tidak menunjukkan tanda-tanda ia memikirkan UTS, bahkan masuk ujian juga tidak. bukankah itu sangat sangat miris? sebagai manusia ia seperti terlihat tidak ada gunanya. seakan gak punya motivasi sekedar untuk sekolah. saya tahu saya tidak mengetahui apa masalah situ, tapi memangnya masalah seberat apa sih kalo hidup anda masih bisa anda habiskan untuk berpacaran dengan alay nya di facebook? miris bukan?

orang yang kedua adalah,
ia bukan kawan sekelas saya, saya bersamanya saat ekskur saja. sekilas ia anak biasa yang baik, namun ketika ia berbicara, mungkin kita bakal menyadari ada yang salah darinya. ia menyukai manga-anime, mungkin belum bisa dibilang otaku, tapi sebagai penyuka manga ia sudah cukup hebat untuk bisa menggambar manga dengan bagus.
ia orang yang sangat pesimis, tipe-tipe pujangga yang tenggelam dalam pemikiran sendiri, sedikit anti-sosial, atau mungkin ingin mengakui diri sebagai anti-sosial, badannya lemah, sering sakit-sakitan dan membenci belajar. banyak orang disekitarnya yang kadang tidak begitu mengerti apa yang ia maksud dan memilih untuk tidak begitu memikirkannya, mungkin karna ia sudah terbiasa dengan respon publik yang datar terhadapnya, saya malah berpikir bahwa ia jadi tidak bisa membaca situasi. mungkin juga karena respon saya yang sedikit berbeda dengan yang lainnya, saya menanggapi situasi di dalam diri dia yang aneh, dan saya pikir saya cukup paham situasi itu.
membingungkan? mungkin. dulu saya pernah bersifat membingungkan seperti halnya dia. pesimistik, senang berfantasi dan tidak ingin berusaha. hal yang paling mempengaruhi saya waktu itu adalah anime-anime fantasy yang bergenre dark dan kematian. dengan teori-teori pesimis yang usang dan (sebenarnya) tidak begitu baik untuk dibaca anak-anak seperti kami yang masih labil, saya menjadi seperti halnya apa yang ada di komik itu. saya merasa kesepian sampai rasanya ingin mati, saya merasa bahwa tidak ada lagi orang yang ada di samping saya, mungkin masih banyak pecinta manga dan anime yang berpikiran sama halnya dengan ini, namun saya pikir pemikiran seperti ini sudah expired dan payah sekali.
jangan terpengaruh dengan bacaan-bacaan seperti itu, baiknya. itu memang bukan bacaan yang bagus untuk anak-anak seperti kita. jangan sampai kita menganggap kesan-kesan suram seperti itu keren dan ingin ditiru, sifat yang seperti itu sangatlah ALAY dan kamu bakal tersiksa ketika bergabung dengan orang biasa. saya berkata seperti ini hanya karena pernah mengalaminya.
yang saya tidak suka dari sifatnya adalah, ia terlalu banyak memberi orang-orang disekitarnya aura negatif yang sebenarnya tidak ada gunanya. selain karena pengaruh bacaan, yang saya tahu dari ceritanya mungkin karena tekanan keluarganya yang cukup berat membuatnya menyerah. kalau memang urusan keluarga, hanyalah diri sendiri yang bisa menghadapinya bukan? karena tekanan-tekanan itulah ia menjadi membenci belajar. ia seperti sudah tidak peduli di masa depan nanti ia akan bagaimana, saya kira dulu saya juga pernah mengalami hal yang seperti itu.
satu-satunya hal yang bisa dilakukan memang cuma mencari motivasi dan cita-cita. namun secara pribadi saya memang tidak terlalu suka dengan orang-orang yang cukup hopeless seperti ini.

tidak ada orang yang menyukai sekolah, tapi kita tidak boleh sama sekali membenci hal ini. karena cita-cita yang saya terus harapkan ada di depan mata, banyak orang yang berharap pada saya, bukankah ingin membanggakan seseorang yang telah mendukung kita bukanlah hal yang buruk? sakit bukan alasan, bahkan Ikeuchi Aya ingin bersekolah hingga badannya tidak bisa bergerak lagi, padahal ia menderita penyakit yang mengerikan.
lagi pula, saya berpikir kalau saja orang yang sakit bisa terus bersemangat sekolah, simpati orang-orang sekitar akan semakin banyak? :))/

No comments:

Post a Comment